Lama di Luar Jakarta, Impian Terwujud saat Laskar si Pitung Babak Belur Setelah terbelah, skuad Persitara benar-benar hancur. Selain ditinggal pemain, kursi pelatih juga kosong. Kini sepeninggal Suimin Diharja dan Tantan dkk, Laskar si Pitung punya nahkoda baru.
Bagaimana ceritanya? Sosoknya yang agamis dan rajin beribadah membuat seorang Syamsul Bahri tampak berwibawa. Tak hanya itu, pembawannya yang low profile dan ramah membuat pria yang punya ilmu kepelatihan lisensi A itu enak dijadikan teman bicara.
“Assalamulaikum Mas, bagaimana kabarnya,” sapa Syamsul kepada wartawan kemarin. Syamsul kini punya tugas berat. Dia masuk saat Persitara hanya punya waktu persiapan selama satu bulan saja. Tapi, Syamsul menjalaninya dengan enjoy. Dia menganggap, tugas yang yang diembannya sebagai amanah. “Ini merupakan amanah yang harus saya laksanakan. Persiapan memang sangat sempit, namun saya berani melakukan ini karena saya asli Utara dan ingin membantu Utara untuk bangkit. Saya tinggal di Priok,” kata Syamsul lagi. Gayanya sangat lugas. Tidak jarang dia membisikkan strategi dari pinggir lapangan ke telinga pemainnya dengan sangat akrab dan tegas. Dia merangkul pemain agar bisa memahami strategi. Dia juga aktif memberikan instruksi kepada pemainnya tanpa kenal lelah.
“Saya sebenarnya sudah sejak dulu ingin melatih tim Persitara. Saya ingin melakukan sesuatu untuk tanah kelahiran saya,” kata pria yang pernah melatih Persires Rengat itu. Karirnya sebagai pelatih memang penuh perjuangan. Setelah melatih tim junior Persitara, dia tidak dilirik oleh jajaran manajemen tim. Namun, karena kecintaanya kepada sepak bola, dia terus berusaha mencari peluang agar bisa tetap mendedikasikan keahliannya itu. “Perjuangan saya hingga melatih di luar selama 8 tahun, bukan waktu yang sebentar dan penuh lika-liku. Padahal keluarga saya ada di Jakarta Utara. Namun, keinginan itu kini terealisasi, namun dengan kondisi yang sangat mengejutkan saya,” jelasnya. Maklum, Syamsul sempat terkejut dengan dualisme keputusan manajemen tim. Seperti diketahui, tim yang sudah disiapkan Manajer Persitara musim lalu Hary “Gendhar” Ruswanto selama empat bulan akhirnya diputuskan untuk mengikuti LPI. Namun Syamsul enggan berkomentar soal keretakan itu.
Yang terpenting baginya semuanya berjalan sendiri-sendiri tanpa mengganggu pihak manapun. “Masalah ini tidak perlu dibesarbesarkan. Kami ingin semua berjalan baik hari demi hari. Untuk penggunaan Stadion Tugu, saya juga tetap berbesar hati jika memang Batavia menggunakan, namun sampai saat ini kami tidak ada masalah teknis. Toh, kita berdua berjalan sendiri-sendiri di kompetisi yang berbeda. Jadi, saya rasa tidak ada kendala terkait dengan hal itu,” jelas Syamsul.